Selasa, 10 Agustus 2010

Meraih Kemenangan di Bulan Ramadan

Oleh H. JATIMAN KARIM

SETAHUN sudah waktu berlalu, kini Ramadan telah di ambang pintu. Berbahagialah orang-orang yang akan memasukinya karena di dalamnya banyak kenikmatan, kemurahan, dan pahala yang besar yang diberikan Allah Subhana Wa Ta'ala kepada hamba-hamba-Nya yang mau beribadah karena-Nya pada bulan tersebut. Sebagaimana sabda Nabi Shallahu 'Alaihi Wa Sallam,"Telah datang kepadamu bulan Ramadan, penghulu segala bulan, maka selamat datanglah kepadanya. Telah datang bulan Puasa membawa segala rupa keberkatan, alangkah mulianya tamu yang datang itu." (H.R. Thabrani)

Untuk menyambut dan memuliakan tamu yang datang dengan membawa segala kebaikan dan yang akan menyelamatkan kita kelak di akhirat pasti diperlukan persiapan yang matang dengan penuh rasa gembira, layaknya kita akan menerima tamu agung. Hanya dengan rasa gembira dan senang hati semua pekerjaan dapat dikerjakan dengan perasaan ringan. Tak berlebihan Rasulullah bersabda, "Barang siapa merasa bergembira dengan datangnya bulan Ramadan, maka Allah akan melindungi jasadnya dari api neraka."

Untuk meraih kemenangan dalam event yang besar dan layaknya menghadapi musuh yang kuat, diperlukan latihan yang serius dan terus-menerus. Apalagi musuh yang kita hadapi tidak tampak, yaitu hawa nafsu yang cenderung membelokkan keimanan kita ke arah yang negatif. Oleh karena itu, diperlukan persiapan-persiapan sebagai berikut :


Pertama, hati yang bersih dan gembira akan menambah semangat juang untuk menjalankan hal-hal yang ingin kita kerjakan dan selalu merindukan kehadirannya. Seperti yang Rasulullah contohkan setiap bulan Saban. Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam selalu berkhotbah di hadapan para sahabat untuk menggembirakan dan memberi semangat karena akan kedatangan tamu yang istimewa. Sejak bulan Rajab, Nabi Shallahu 'Alaihi Wa Sallam mengajarkan kepada umatnya untuk berdoa agar umur kita bisa sampai pada bulan Ramadan.

Kedua, memperbanyak latihan puasa sunah pada bulan Saban. Ramadan adalah bulan perjuangan untuk melawan hawa nafsu yang penuh tantangan dan godaan. Diperlukan latihan yang serius seperti yang Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam contohkan. Dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha, "Adalah Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam kadang-kadang terus-menerus berpuasa hingga kami mengatakan bahwa beliau tidak berbuka-buka, dan kadang-kadang terus-menerus berbuka, hingga kami mengatakan bahwa beliau tidak pernah berpuasa sunah. Namun demikian, saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa sebulan penuh selain bulan Ramadan, dan saya tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa sebagai puasa sunah di bulan Saban." (H.R. Bukhari) Yang lebih penting, mulai sekarang kita menjaga perkataan dan perbuatan kita dari maksiat kepada Allah Subhana Wa Ta'ala agar pada saatnya nanti puasa kita sudah jauh lebihsempurna dan diterima Allah Subhana Wa Ta'ala. Sebagaimana peringatan Nabi Shallahu 'Alaihi Wa Sallam "Barang siapa yang tidak mau meninggalkan perkataan palsu dan perbuatan palsu, Allah tidak akan memedulikan amal perbuatan ketika meninggalkan makan minumnya (puasa)." (H.R. Bukhari)

Ketiga, membiasakan salat berjemaah di masjid. Salat wajib adalah ibadah yang paling utama bagi umat Islam karena salat wajib merupakan amal yang pertama dihisab Allah Subhana Wa Ta'ala di akhirat nanti. Salat juga merupakan sikap penghambaan diri dan amal ibadah yang paling disukai Allah Subhana Wa Ta'ala. Sabda Nabi Shallahu 'Alaihi Wa Sallam , "Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah salat. Apabila salatnya beres, dia akan bahagia dan selamat, dan jika salatnya rusak, dia akan celaka dan rugi." (H.R. Tirmidzi)
Dalam mengerjakannya, Allah menyuruh kita untuk berjamaah, karena dengan bebagai keutamaannya, yaitu sabda Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam , "Salat dengan berjamaah itu melebihi utamanya salat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat." (H.R. Bukhari Muslim)Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma. berkata, "Barang siapa mendengar azan tetapi tidak menghadiri salat berjamaah, maka orang tersebut tidak dikehendaki Allah menjadi orang yang baik, dan ia tidak pula menghendaki adanya kebaikan untuk dirinya."

Keempat, berlatih salat malam dengan meningkatkan kualitasnya. Salah satu ibadah khusus dalam bulan Ramadan yang biasa kita lakukan adalah salat Tarawih berjamaah di masjid. Suatu yang menggembirakan tatkala awal-awal bulan Ramadan masjid-masjid penuh jamaah. Akan tetapi, semakin mendekati Lebaran, pahala dan keistimewaan ditingkatkan oleh Allah Subhana Wa Ta'ala tetapi semakin sedikit jamaah yang melakukannya, dan masjid-masjid semakin kosong. Kalau kita amati kualitas salat Tarawih kita dari tahun ke tahun, belum banyak mengalami peningkatan. Kita kadang masih sering berkutat masalah jumlah rakaat. Sementara kalau kita merujuk hadis dari Aisyah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang sering dijadikan landasan salat malam Nabi Shallahu 'Alaihi Wa Sallam, baik bulan Ramadan atau pun di luar Ramadan, ternyata menekankan tentang kualitas salat malam, yaitu seberapa panjang bacaan Alquran kita di dalam salat malam/Tarawih. Maka sudah saatnya kita perlu sedikit demi sedikit meningkatkan kualitas salat malam/Tarawih dengan memperbanyak bacaan Alquran di dalamnya.

Kelima, memperbanyak tilawah, menghafal, dan mempelajari Alquran. Ramadan adalah bulan diturunkannya Alquran sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa sekaligus mukjizat bagi umat Islam. Akan tetapi sudahkah kita merasa akrab dengannya dan berusaha untuk membaca dan mempelajarinya serta menghafalnya agar kita bisa lebih menikmati salat kita dengan hafalan yang lebih banyak? Standar Rasulullah bagi orang-orang beriman untuk bertilawah Alquran adalah tamat sebulan sekali. Sungguh Nabi Shallahu 'Alaihi Wa Sallam dan para sahabat serta para salafus saleh memperbanyak membaca Alquran di bulan Ramadan.


Kita berharap dan berdoa semoga kita diberi umur panjang dan kesehatan sehingga bisa memasuki Ramadan, dan menjalankan ibadah dengan sebaik-baiknya hanya karena Allah. Semoga kita juga dapat meraih kemenangan dan ketakwaan, amin.***

Penulis, santri Tahfidzul Quran Pontren Daarut Tauhiid Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar