Selasa, 10 Agustus 2010

Doa mampu menolak takdir Allah

wahai saudaraku Dosa apapun yang kita lakukan pasti meninggalkan kotoran dan kegelapan dalam hati kita dan selanjutnya akan melemahkan motivasi dan semangat berbuat kebaikan. Sebaliknya keinginan berbuat keburukan dan kejahatan yang akan menguat di dalam diri kita, Jika kesadaran iman, ibadah dan dzikir kepada Allah sudah tumbuh dan tertanam di dalam diri kita maka semangat dan motivasi berbuat baik akan berlipat ganda. Dorongan untuk berbuat keburukan dan kejahatan semakin menyusut. Kesadaran itu mengikis kotoran akibat berbuat dosa, kemudian kita akan melakukan amal dan perbuatan baik.

Ingatlah saudaraku bahwa takdir itu bisa diubah. Sekalipun takdir seseorang sudah ditentukan sebelum terlahir ke dunia, takdirnya masih bisa diubah. Perubahan ini menjadi salah satu bentuk ikhtiar dalam hidup seseorang.

Doa mampu menolak takdir Allah, berdasarkan hadits dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. " Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa". [SHAHIH. HR. At-Tirmidzi, bab Qadar 8/30 - 5 - 306]

Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud adalah, takdir yang tergantung pada doa dan berdoa bisa menjadi sebab tertolaknya takdir karena takdir tidak bertolak belakang dengan masalah sebab akibat, boleh jadi terjadinya sesuatu menjadi penyebab terjadi atau tidaknya sesuatu yang lain termasuk takdir. Suatu contoh berdoa agar terhindar dari musibah, keduanya adalah takdir Allah. Boleh jadi seseorang ditakdirkan tidak berdoa sehingga terkena musibah dan seandainya dia berdoa, mungkin tidak terkena musibah, sehingga doa ibarat tameng dan musibah laksana panah. [Mura'atul Mafatih 7/354-355].

'Dengan sholat, zakat dan puasa serta doa , dosa-dosa berguguran seperti daun-daun yang berguguran, melepaskan seperti anak panah yang dilepaskan. Rasulullah mengumpamakan sholat dengan mata air yang memancar di rumah seseorang. Lima kali sehari ia mencuci diri dengan mata air itu sehingga tak sedikit pun kotoran pada dirinya. Zakat mensucikan harta,dan Doa mampu menolak takdir Allah ..

“Allah telah menulis takdir segala makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi." (Shahih. HR. Muslim IV/2044).

Dan ada teman di facebook mengatakan bagaimana dengan takdir mati?...apa bs dirubah?...takdir jodoh?.. maka jawaban nya singkat saja , bahwa "Sesungguhnya salah seorang dan kamu dikandung di perut ibunya bunya selama 40 (empat puluh) hari, kemudian berbentuk ‘ala-qoh (morula/segumpal darah,) seperti itu (lamanya), kemudian menjadi mudhghah (embrio/segumpal daging) seperti itu (...lamanya). Kemudian Allah mengutus seorang malaikat diperintah (menulis) empat perkara: rizkinya, ajalnya, sengsara atau bahagia. Demi Allah, sesungguhnya seorang dari kamu atau seorang laki-laki akan beramal seperti amalannya ahli Neraka sampai tidak ada jarak antara dia dgn Neraka melainkan satu depa atau satu hasta, ternyata catatan takdir telah rnendahuluinya, sehingga ia melakukan amalan ahli Surga maka iapun masuk surga. Dan sesungguhnya seorang laki-laki akan beramal seperti amalannya ahli Surga sampai tidak ada jarak antara dia dengan Surga melainkan satu hasta atau dua hasta, ternyata tulisan takdir telah mendahuluinya, sehingga ia mengamalkan amalannya ahli Neraka, maka ia pun masuk neraka" (HR. Al-Bukhari V111/152, dan Muslim IV/36).

Masalah qadar adalah rahasia Allah yang tersembunyi, tak mungkin kita dapat mengetahuinya. Sekarang kita berada di antara dua jalan; jalan yang membawa kita kepada keselamatan, kebahagiaan, kedamaian dan kemuliaan; dan jalan yang dapat membawa kita kepada kehancuran, penyesalan dan kehinaan. Sekarang kita sedang berdiri di antara ujung kedua jalan tersebut dan bebas untuk memilih, tak ada seorang pun yang akan merintangi kita untuk melalui jalan yang kanan atau yang kiri. kita dapat pergi ke manapun sesuka hati kita. Lalu mengapa kita memilih jalan kiri (sesat) kemudian berdalih bahwa "Itu sudah takdirku?" Apa tidak lebih patut jika kita memilih jalan kanan dan mengatakan bahwa "Itulah takdirku?"

Untuk lebih jelasnya, apabila kita mau bepergian ke suatu tempat dan di hadapan kita ada dua jalan. Yang satu mulus, lebih pendek dan lebih aman; sedang yang kedua rusak, lebih panjang dan mengerikan. Tentu saja kita akan memilih jalan yang mulus, yang lebih pendek dan lebih aman, tidak memilih jalan yang tidak mulus, tidak pendek dan tidak aman. Ini berkenaan dengan jalan yang visual, begitu pula dengan yang non visual, sama saja dan tidak ada bedanya. Namun, kadangkala hawa nafsulah yang memegang peran dan menguasai akal. Padahal, sebagai seorang mukmin seyogyanya akalnyalah yang harus lebih berperan dan menguasai hawa nafsunya. Jika orang menggunakan akalnya, maka akal itu -menurut pengertian sebenarnya- akan melindungi pemiliknya dari yang membahayakan dan membawanya kepada yang bermanfaat dan membahagiakan.

wahai saudaraku yang di muliakan Allah dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa manusia mempunyai kehendak dan pilihan dalam perbuatan yang dilakukannya secara sadar, bukan terpaksa. Kalau manusia berbuat dengan kehendak dan pilihannya untuk kepentingan dunia, maka diapun begitu... pula dalam usahanya menuju akhirat. Bahkan jalan menuju akhirat lebih jelas. Karena Allah telah menjelaskannya dalam Al-Qur'an dan melalui sabda RasulNya shalallahu 'alaihi wassalam, maka jalan menuju akhirat tentu saja lebih jelas dan lebih terang daripada jalan untuk kepentingan dunia.

Namun, kenyataannya, manusia mau berusaha untuk kepentingan dunia yang tidak terjamin hasilnya tapi meninggalkan jalan menuju akhirat yang telah terjamin hasilnya dan diketahui balasannya berdasarkan janji Allah, dan Allah tidak akan menyalahi janjiNya.

wahai saudaraku ketahuilah Allah dengan sifat hikmahNya, menentukan hidayah bagi siapa yang dikehendakiNya yang menurut pengetahuanNya menginginkan al-haq dan hatinya berada dalam istiqamah. Dan dengan sifat hikmahNya pula, Dia menentukan kesesatan bagi siapa yang suka akan kesesatan dan hatinya tidak senang dengan Islam. Sifat hikmah Allah tidak dapat menerima bila orang yang suka akan kesesatan termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapat petunjuk, kecuali jika Allah memperbaiki hatinya dan merubah kehendaknya, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Namun, sifat hikmahNya menetapkan bahwa setiap sebab berkaitan erat dengan akibatnya.

"Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus." (QS. Al An'am : 39)

Maka beramal-lah, sebab semua akan di mudahkan sesuai takdirNya. Orang yang di takdirkan masuk neraka, maka akan ada kecenderungan baginya dan akan di mudahkan baginya utk berbuat maksiat. Sedangkan orang yang di takdirkan selamat dan masuk surga, maka akan ada kecenderungan baginya dan akan di mudahkan baginya utk berbuat amal shaleh dan amal kebajikan.

'Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (QS. Asy- Syams (91) : 9-10).



Wallahu a'lam bishowab



Penulis : Andi Muhammad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar